Impianmu
Mendekat, Jangan Berusaha Menjauh!
Ini adalah hari pertama Zahro di
Cilacap setelah bertahun-tahun dia menjajaki manis pahitnya jalan impian.
Yogyakarta, tempat itu seakan menjadi saksi bisu tangis dan tawa yang
mengiringi mimpinya . Sore hari diteras rumah, Zahro duduk santai sebari
menikmati wajah bulat berwarna jingga menyinari apapun yang ku lihat di iringi
musik keroncong, musik yang setiap sore di putar oleh tetangganya. Volumenya
pun dahsyat, mirip orang mbaranggawe.
Dia mulai memperhatikan keramaian sore itu. Tengokkan kepalanya ke arah kiri
membuahkan hasil, dia melihat segerombolan anak kecil seumuran setengah umurnya
berbaju muslim membawa tas sambil bercanda dan tertawa ria. Zahro menatap
kosong mereka. dengan nada basa basi dia menyapa mereka “bali ngaji apa cah?
Diajari apa saja hayo?”. Sebagian menengoknya, sebagian lagi masih asyik gojegan dengan teman sebelahnya. Lalu mereka
berhenti. “Ngaji Qur’an mba Zahro wis dadi wong luar negeri ya?” jawab Wanda,
anak tetangga sebelah. Lalu mereka melanjutkan lagi perjalanan pulang ke rumah
masing-masing. Dengan sedikit senyum dia lalukan pembicaraan dengan gadis-gadis
kecil penerus agama islam kelak itu. Bayangannya kabur, kebelakang ke masa-masa
dia kecil seumuran mereka.
Dung..dung..dung..dung..dung dung
suara beduk beradu “Bapak, Aro mangkat ngaji Assalamu’alaikum” suara
cementhengnya buru-buru pamit karena beduk ‘ashar sudah terdengar. “Wa’alaikumsalam
ati-ati aja playon” cemas Bapak. “Ya.. aduh cilaka kiyeh bisa-bisa aku keri
maning” gumamnya sambil berlari menuju TPA Hudallah Karanganyar, tempat ngajinya
sewaktu masih kelas 1 SD. Ternyata Zahro belum terlambat dan masih bisa
berjama’ah. Setelah semua selesai shalat, ngaji dimulai. Sambil menunggu
giliran, Zahro biasa bermain nemman (sejenis permainan kuno menggunakan 6 batu
kerikil yang di lempar-lemparkan ke atas). Kini giliran Zahro mengaji iqro
jilid 1 dengan mas Ipung (guru TPA kelas ula). Setelah selesai semua, waktunya
mas Ipung memberi motivasi serta intermezzo kepada 30 santri kecil termasuk
Zahro. “Sapa sing siki wis duwe cita-cita cung?” semua berebut mengangkat
tangan termasuk juga Zahro kecil. Macam-macam sekali cita-cita para santri
kecil tersebut, ada yang ingin jadi guru,dokter,pilot,masinis,ustadz,presiden
dll. “Mas ipung aku pengin dadi pemerintah” seru Zahro kecil sambil mengangkat
jari telunjuknya yang lucu. Maklumlah Zahro cilik tidak tahu tentang apa itu
pemerintah. Setahunya pemerintah ialah orang kaya yang punya mobil banyak dan
rumah mewah. Mas ipung hanya tersenyum ke arahnya, dan ke semua santri cilik yang
lain sebelum akhirnya bel pulang tiba. Diperjalanan pulang seperti biasa Zahro
cilik bercanda dengan teman-teman sebayanya. Begitulah keseharian Zahro sampai
dia menginjak masa SMP.
Tahun demi tahun dia lalui dengan
kecerian dan senyum manis yang selalu menghiasi wajahnya. Kini Zahro kecil
sudah menjadi Zahro remaja yang cantik. Kecerdasannya sudah mulai
mengantarkannya pada suatu impian Zahro kecil yang dulu sempat ia ungkapkan.
Berbagai lomba ia menangkan, beberapa piagam dan medali sudah ia kantongi.
Dua tahun sudah dia menempuh masa putih biru.
Perkembangan pesat ia alami dikelas 9. Dimana ia mulai mengecap manisnya jatuh
cinta. Zahro yang selalu cerewet dan
humoris kini berubah menjadi gadis remaja yang pendiam, namun tetap konsisten
untuk meraih impiannya. Karena orang yang Zahro sukai adalah seorang yang lebih
pintar, Zahro pun bertekad untuk menjadi sepertinya, dia termotivasi.
Sayangnya, cinta pertama Zahro itu tak terbalaskan. Dia sedih, Zahro si ceria
mulai masuk pada fase galau. Hingga akhirnya usai sudah masa putih biru itu,
diiringi tangis haru dan bahagia semua siswa, termasuk Zahro dan
sahabat-sahabatnya. Zahro meraih NEM yang kurang memuaskan, dia merasa patah
semangat. “Sudahlah, untuk apa ku lanjutkan sekolah,mengecewakan thok” geram Zahro yang sudah mulai
menjadi cewek jutek.
Seperti biasa ba’da maghrib Zahro
berdiam diri di kamar ditemani tv yang menyiarkan sebuah berita. Ini memang
kebiasaannya sejak kecil, Zahro kecil tidak sama dengan teman-teman sebayanya.
Zahro kecil lebih senang menonton berita daripada film kartun. Kebetulan, topik
terhangat waktu itu ialah lepasnya pulau Sipadan dan Ligitan ke tangan
Malaysia. Tak kalah mengejutkan, beberapa lagu nasional dan tarian Reog yang
diakui oleh Malaysia sebagai bagian dari budayanya. Indonesia seolah
membrontak, dan mengutuk Malaysia. Kerut dialisnya mengisyaratkan kemarahannya,
pena yang tadinya ia pegang patah sebagai bukti kegeraman tangannya. “Wah, itu
budaya dan pulau kenapa bisa diakui ya gimana cara nyurinya tuh” lirihnya, “Ayo
pemerintah Indonesia jangan kolot dong gimana sih, lelet amat nanggepinya mau
nunggu sampai semua dicuri lagi” tambahnya protes.
Sejak kecil cita-cita Zahro
adalah menjadi pemerintah, yang ia kenal sekarang sebagai anggota kedubes RI.
Matanya fokus, pikirannya lurus tangannya mengepal erat seolah ia tahu apa yang
harus ia lakukan. “Inilah waktunya ku wujudkan impianku, Indonesia aku akan
membelamu hingga titik darah penghabisan ” seru Zahro dengan nada nasionalisme
dan patriotisme yang memuncak.
Setelah melalui pertimbangan yang
matang, Zahro meminta izin kepada Bapak dan Ibu. “Pak Bu Zahro badhe nyuwun
izin, Zahro pingin sekolah teng Jogja Zahro sampun bertekad lan sampun Zahro
pertimbangaken mateng-mateng, Zahro janji Pak Bu Insya Allah Zahro mboten
kondur menawi Zahro dereng berhasil menggapai impian Zahro, kepripun Pak Bu oh
nggeh setunggal malih, Zahro purun mlebet pondok pesantren” tanya Zahro kepada
orangtuanya dengan penuh kerendahan hati mengharap ridlo dari kedua
orangtuanya. “Nduk, kalau pancen kamu pengene teng pondok pesantren, mbokyo
luwih apik mondok teng Rembang apa Pati nengkana pondoke apik nduk.” Sanggah
Ibu Zahro. “Ngapunten Bu, sanes kulo badhe nentang cita-cita kulo niku formal
Bu, kulo pengin dados anggota kedubes RI untuk Malaysia Bu, seniki Indonesia
saweg amburadhul pertahanane lemah,pemerintah lemot ngadepi serangan bangsa
lian Bu. Nah, Zahro pengin dados anggota kedubes RI ingkang jujur, adil, lan
religius Bu.. Zahro nyuwun ridhonipun saking Ibu lan Bapak” jawab Zahro dengan
mata yang berkaca-kaca mengharap izin orangtuanya. “Nek kue pancen tujuanmu dan
impianmu ya monggo Ibu lan Bapak mung saged ndongaken. Tapi karepe Ibu sih
mending fokus neng agamane nduk. Ya wislah, terserah asalan aja nganti kowe
ngecewakna Ibu lan Bapak nduk!” sanggah lagi Ibu Zahro dengan raut antara sedia
dan bersedia namun itu membuat senyum lebar Zahro yang sudah lama tenggelam
seolah muncul lagi dengan wajah berseri. Meskipun tidak sedikit orang lain yang
mengejek cita-citanya.
Zahro akhirnya memutuskan untuk
mengabdi tiga tahun kedepannya bersama salah satu sekolah aliyah negeri di kota
Yogyakarta. Untuk membekali ilmunya juga, ia mendaftarkan diri menjadi sebuah
santri di salah satu pondok pesantren di DIY. Disanalah otak dan akhlak Zahro
diasah. Perkembangan pesat terjadi pada dirinya, kecerian serta selera humor
yang tinggi ia keluarkan disana. Dia menjadi orang yang sangat termotivasi oleh
kisah sukses orang-orang hebat.
Beberapa lomba ia juarai, dia
sangat mahir di bidang kimia tak heran setiap ada olimpiade gurunya
mengikutsertakan si kembang perawan ini.
Dia bahkan menjuarai OSN kimia hingga tingkat provinsi. Bukan cuma itu, lomba
seminar, lomba debat politik, lomba pidato bahasa Inggris pernah juga ia ikuti
dan tak jarang ia meraih medali. Begitu juga di pondok pesantren, Zahro kecil
hadir lagi dengan semangat mengajinya yang berkibar yang akhirnya ia lulus
alfiyah dalam waktu 3 tahun.
Namun kejadian tak terduga
menimpa si remaja pengidola Habib Syech itu. Orangtuanya bangkrut, kacau balau.
Zahro tak tahu harus bagaimana, sebentar lagi UAN tapi masalah besar muncul
dalam hidup gadis remaja itu. Zahro menjadi orang yang sangat pesimis, bahkan
ia tak mau lagi berkumpul dengan para relasinya dikelas, ia lebih memilih
menyendiri. Itu terjadi selama beberapa bulan, sebelum UAN. Guru-gurunya yang
mulai curiga dengan sikap Zahro yang tak wajar itu, mulai memotivasi Zahro
untuk bangkit namun tak membuahkan hasil Zahro tak mempedulikannya. Hingga pada
suatu malam, Zahro bermimpi tentang nasehat orangtuanya dulu, gadis remaja itu
mulai berfikir dengan fikiran yang jernih. “Jika terus seperti ini, impianku
sia-sia, semua akan hancur aku berhutang janji kepada Ibu dan Bapak semua akan
lebih buruk! Ya aku tahu apa yang harus ku lakukan”.
Sejak saat itu semangat Zahro
kembali membara. Tibalah kini UAN berlangsung, Zahro sudah tak khawatir lagi,
semangatnya tumbuh, dia berpikir kalau dia tak akan down. Bapak Zahro, datang ke Yogyakarta untuk mengambil hasilnya.
Dengan harapan yang besar, bapak Zahro membuka hasil UAN anak tunggalnya itu. “LULUS”
itulah tulisan terbesar yang ada dilembar berharga itu. Ditambah lagi nilai
yang sangat bagus, tentu saja mereka sangat bersyukur. “Anakku Zahro sayang,
Alhamdulillah nduk kamu peringkat 1 paralel” teriak Bapak dengan tangis haru.
Di tambah lagi bahwa Zahro akan dikuliahkan gratis hingga S2 disalah satu
universitas ternama di Yogyakarta dijurusan HI. Sujud syukur tak lupa dilakukan
oleh keduanya.
Ketekunan Zahro semakin
menjadi-jadi. Ia sering diikut sertakan dalam pertukaran pelajar di Malaysia.
Setiap tahunnya ia mendapat 30 juta, hidupnya berubah drastis ia mulai
mempuanyai mitra kerja yang banyak dari berbagai mahasiswa dan perusahaan baik
dalam maupun luar negeri.
Sampailah ia dipuncak
kesuksesannya setelah 5 tahun menempuh masa kuliah, bertahun-tahun ia merasakan
pahit manisnya hidup, jauh dari orang tua tercinta akhirnya sekarang ia bisa menjadi
seorang magister. Karena ia mempunyai banyak relasi didunia perpolitikan
ataupun dunia diplomatik, menjadikannya dia mudah terhubung dengan orang-orang
penting yang bersangkutan. Zahro kemudian menjabat sebagai anggota Kedubes RI
untuk Malaysia. Akhirnya Sicantik
bernama lengkap Zahro Nurul Asyiqin Charolin ini berhasil menjadi anggota
kedubes RI untuk Malaysia yang termuda. Lagi-lagi berkat keuletannya ia bisa
membuka restoran kuliner Indonesia di beberapa daerah di KL. Seluruh keluarga,
sahabat, teman, saudara dan para tetangga cewek
yang kini menjabat sebagai anggota kedubes RI ini ikut merasakan kebahagiaan
yang mendalam. Sebelum ia mulai bertugas, dia pulang ke kampung halamannya
dengan membawa sejuta cerita dan membahagiakannya. Orang-orang yang dahulu
meremehkannya, memakinya, dan memperkirakan kegagalan Zahro sekarang hanya bisa
tertegun. Mimpi Zahro kecil sudah menjadi kenyataan, tentu saja bukan instant melainkan dengan perjuangan yang
keras, dengan ikhtiar, dan ketawakalan yang penuh kepada Allah SWT. Begitu
banyak cobaan yang diterima Zahro, namun berkat kesabarannya, terwujudlah
sudah.. Zahro Nurul Asyiqin Charolin, anak desa yang mampu meraih mimpinya di
Malaysia.
Ketika Zahro selesai melamun dan
membayangkan masa lalunya, seolah menceritakan masa lalunya kepada dirinya
sendiri tiba-tiba handphonenya berdering
keras. Ternyata itu adalah panggilan dari orang yang dulu disukai oleh Zahro
ketika SMP yang sekarang baru saja lulus S2 di Al-Azhar Mesir. Semua
kebahagiaan kini lengkaplah sudah dihidup seorang pekerja keras Zahro Nurul
Asyiqin Charolin. Zahro akan tetap menjadi Zahro kecil yang ceria dan humoris.
Berikhtiar, kerja keras, optimis,tekun dan tawakal adalah ramuan yang manjur
untuk meraih kesuksesan seperti Zahro. Selamat Zahro..kau telah berhasil.
Jangan lupakan janjimu, jujur..adil..dan religius.
Biodata
pengarang :
Nama :
Adesta Sheila Karolin
Kelas :
Xb
TTL :
Cilacap, 18 Desember 1997
Alamat rumah : Jalan Kanthil rt.04 rw 12. Karangtengah Cilacap
Hobi :
bersholawat
Cita-cita : Anggota Kedubes RI untuk Malaysia.