Senin, 01 April 2013

Cerpen Motivasi Kutemukan Terangnya Negeriku Esok

                  “Left or Right?”, pertanyaan itu sering menghampiri hampir semua orang yang tak tau suatu letak tempat atau bahkan orang yang tidak punya tujuan apa yang hendak mereka tuju. Sebagian orang bahkan “stress” dengan “double choice” itu. Salah satu di antara jutaan orang itu mungkin aku.
Aku layaknya sedang berada di Washington, aku.. berada di simpang jalan dimana ku lihat kiri terdapat baliho besar bertuliskan “HI” aku menunduk sejenak, dengan hati gundah aku tengokkan kepalaku ke sebelah kanan aku melihat “CHAMISTRY”. Otakku hampir saja beku, mataku serasa akan berpisah satu sama lain, jantungku serasa tak ingin berdetak lagi. Aku termenung diam dalam kesunyian pada tengah malam itu.
Bagaimana tidak, aku kedepan ditentukan keputusanku hari ini, hanya hari ini. Aku merasa seperti kembali ke masa taman kanak-kanak, entahlah.. kebimbangan itu selalu menghantui dan mengikuti kemanapun aku menatap. Aku berusaha tampil rapi dan “calm” didepan dunia, dalam hati berharap cemas. Aku pernah berfikir aku akan bersemedi  selama separuh hidupku, tanpa aku merasa gila. Tuhan, aku harap Engkau kirimkan surat terhadap apa yang ku bimbangkan.
                   Aku terbangun dan berada di negara yang sangat kaya, luas, beragam. Negara ini kaya akan semuanya. Kaya akan budaya, alam, dan segalanya. Namun sayang, kekayaan itu hanya “tittle” saja. Mereka dengan bangga lebih membanggakan kekayaan dan budaya bangsa lain.
                    Terlintas di benakku, bahwa negara ini satu hari lagi akan habis. Orang boleh menganggapku abnormal, tetapi aku berbicara dengan fakta. Budaya, alam, atau kekayaan lainnya perlahan tapi pasti mulai menyusut. Mengapa kita harus salahkan orang lain? Apa kita sudah becus menjaganya?  Atasan salahkan bawahan, bawahan menuduh atasan adalah siklus rutinan di negeri ini. Mungkinkah akan benar-benar terwujud cita-cita negeri ini menjualkan dirinya  dengan tak disengaja? Dimana letak semboyan “HARGA MATI?”.
Aku teringat dikampung dulu, sapu lidi takkan berfungsi jika hanya ada satu, dua, atau tiga lidi saja. Tetapi sekalipun ada jutaan lidi, tetap saja tak dapat digunakan mereka akan bercerai dan saling melepaskan diri, mengapa? Karena tak ada tali yang mengikatnya. Negeri ini mungkin harus melirik pengibaratan yang seperti ini.
                     Ketika pagi hampir meninggalkan pagi buta, aku berdiri aku yakin aku percaya dan itu pasti. Aku ingin sesuatu yang mulia, aku ingin negeri itu aman, damai, utuh, dan bersahabat dengan negeri-negeri lain. Flashback aku akan, pilih kiri. Ketika sedikit bimbang datang, aku tetp yakin dengan pilihanku. Aku sadar, negeri ini membutuhkanku, dan semua yang merasa demikian. Negeri ini tak boleh terjual, anak cucu harus menikmati semua kekayaan. Ya, benar.. itu cita-citaku. 10 tahun lagi aku akan menggantikan kursi anggota KBRI Malaysia itu, aku akan berusaha tegakkan setegak-tegaknya keadilan meskipun tak seadil Tuhan tapi aku akan mengusahakan demi negeriku yang memangkuku selama ini, demi tanah airku tercinta.. INDONESIA. NKRI.. HARGA MATI!!!