Sabtu, 09 Maret 2013

Cerpen Narasi Motivasi!


Impianmu Mendekat, Jangan Berusaha Menjauh!

Ini adalah hari pertama Zahro di Cilacap setelah bertahun-tahun dia menjajaki manis pahitnya jalan impian. Yogyakarta, tempat itu seakan menjadi saksi bisu tangis dan tawa yang mengiringi mimpinya . Sore hari diteras rumah, Zahro duduk santai sebari menikmati wajah bulat berwarna jingga menyinari apapun yang ku lihat di iringi musik keroncong, musik yang setiap sore di putar oleh tetangganya. Volumenya pun dahsyat, mirip orang mbaranggawe. Dia mulai memperhatikan keramaian sore itu. Tengokkan kepalanya ke arah kiri membuahkan hasil, dia melihat segerombolan anak kecil seumuran setengah umurnya berbaju muslim membawa tas sambil bercanda dan tertawa ria. Zahro menatap kosong mereka. dengan nada basa basi dia menyapa mereka “bali ngaji apa cah? Diajari apa saja hayo?”. Sebagian menengoknya, sebagian lagi masih asyik gojegan dengan teman sebelahnya. Lalu mereka berhenti. “Ngaji Qur’an mba Zahro wis dadi wong luar negeri ya?” jawab Wanda, anak tetangga sebelah. Lalu mereka melanjutkan lagi perjalanan pulang ke rumah masing-masing. Dengan sedikit senyum dia lalukan pembicaraan dengan gadis-gadis kecil penerus agama islam kelak itu. Bayangannya kabur, kebelakang ke masa-masa dia kecil seumuran mereka.
Dung..dung..dung..dung..dung dung suara beduk beradu “Bapak, Aro mangkat ngaji Assalamu’alaikum” suara cementhengnya buru-buru pamit karena beduk ‘ashar sudah terdengar. “Wa’alaikumsalam ati-ati aja playon” cemas Bapak. “Ya.. aduh cilaka kiyeh bisa-bisa aku keri maning” gumamnya sambil berlari menuju TPA Hudallah Karanganyar, tempat ngajinya sewaktu masih kelas 1 SD. Ternyata Zahro belum terlambat dan masih bisa berjama’ah. Setelah semua selesai shalat, ngaji dimulai. Sambil menunggu giliran, Zahro biasa bermain nemman (sejenis permainan kuno menggunakan 6 batu kerikil yang di lempar-lemparkan ke atas). Kini giliran Zahro mengaji iqro jilid 1 dengan mas Ipung (guru TPA kelas ula). Setelah selesai semua, waktunya mas Ipung memberi motivasi serta intermezzo kepada 30 santri kecil termasuk Zahro. “Sapa sing siki wis duwe cita-cita cung?” semua berebut mengangkat tangan termasuk juga Zahro kecil. Macam-macam sekali cita-cita para santri kecil tersebut, ada yang ingin jadi guru,dokter,pilot,masinis,ustadz,presiden dll. “Mas ipung aku pengin dadi pemerintah” seru Zahro kecil sambil mengangkat jari telunjuknya yang lucu. Maklumlah Zahro cilik tidak tahu tentang apa itu pemerintah. Setahunya pemerintah ialah orang kaya yang punya mobil banyak dan rumah mewah. Mas ipung hanya tersenyum ke arahnya, dan ke semua santri cilik yang lain sebelum akhirnya bel pulang tiba. Diperjalanan pulang seperti biasa Zahro cilik bercanda dengan teman-teman sebayanya. Begitulah keseharian Zahro sampai dia menginjak masa SMP.
Tahun demi tahun dia lalui dengan kecerian dan senyum manis yang selalu menghiasi wajahnya. Kini Zahro kecil sudah menjadi Zahro remaja yang cantik. Kecerdasannya sudah mulai mengantarkannya pada suatu impian Zahro kecil yang dulu sempat ia ungkapkan. Berbagai lomba ia menangkan, beberapa piagam dan medali sudah ia kantongi.
 Dua tahun sudah dia menempuh masa putih biru. Perkembangan pesat ia alami dikelas 9. Dimana ia mulai mengecap manisnya jatuh cinta. Zahro yang selalu cerewet dan humoris kini berubah menjadi gadis remaja yang pendiam, namun tetap konsisten untuk meraih impiannya. Karena orang yang Zahro sukai adalah seorang yang lebih pintar, Zahro pun bertekad untuk menjadi sepertinya, dia termotivasi. Sayangnya, cinta pertama Zahro itu tak terbalaskan. Dia sedih, Zahro si ceria mulai masuk pada fase galau. Hingga akhirnya usai sudah masa putih biru itu, diiringi tangis haru dan bahagia semua siswa, termasuk Zahro dan sahabat-sahabatnya. Zahro meraih NEM yang kurang memuaskan, dia merasa patah semangat. “Sudahlah, untuk apa ku lanjutkan sekolah,mengecewakan thok” geram Zahro yang sudah mulai menjadi cewek jutek.
Seperti biasa ba’da maghrib Zahro berdiam diri di kamar ditemani tv yang menyiarkan sebuah berita. Ini memang kebiasaannya sejak kecil, Zahro kecil tidak sama dengan teman-teman sebayanya. Zahro kecil lebih senang menonton berita daripada film kartun. Kebetulan, topik terhangat waktu itu ialah lepasnya pulau Sipadan dan Ligitan ke tangan Malaysia. Tak kalah mengejutkan, beberapa lagu nasional dan tarian Reog yang diakui oleh Malaysia sebagai bagian dari budayanya. Indonesia seolah membrontak, dan mengutuk Malaysia. Kerut dialisnya mengisyaratkan kemarahannya, pena yang tadinya ia pegang patah sebagai bukti kegeraman tangannya. “Wah, itu budaya dan pulau kenapa bisa diakui ya gimana cara nyurinya tuh” lirihnya, “Ayo pemerintah Indonesia jangan kolot dong gimana sih, lelet amat nanggepinya mau nunggu sampai semua dicuri lagi” tambahnya protes.
Sejak kecil cita-cita Zahro adalah menjadi pemerintah, yang ia kenal sekarang sebagai anggota kedubes RI. Matanya fokus, pikirannya lurus tangannya mengepal erat seolah ia tahu apa yang harus ia lakukan. “Inilah waktunya ku wujudkan impianku, Indonesia aku akan membelamu hingga titik darah penghabisan ” seru Zahro dengan nada nasionalisme dan patriotisme yang memuncak.
Setelah melalui pertimbangan yang matang, Zahro meminta izin kepada Bapak dan Ibu. “Pak Bu Zahro badhe nyuwun izin, Zahro pingin sekolah teng Jogja Zahro sampun bertekad lan sampun Zahro pertimbangaken mateng-mateng, Zahro janji Pak Bu Insya Allah Zahro mboten kondur menawi Zahro dereng berhasil menggapai impian Zahro, kepripun Pak Bu oh nggeh setunggal malih, Zahro purun mlebet pondok pesantren” tanya Zahro kepada orangtuanya dengan penuh kerendahan hati mengharap ridlo dari kedua orangtuanya. “Nduk, kalau pancen kamu pengene teng pondok pesantren, mbokyo luwih apik mondok teng Rembang apa Pati nengkana pondoke apik nduk.” Sanggah Ibu Zahro. “Ngapunten Bu, sanes kulo badhe nentang cita-cita kulo niku formal Bu, kulo pengin dados anggota kedubes RI untuk Malaysia Bu, seniki Indonesia saweg amburadhul pertahanane lemah,pemerintah lemot ngadepi serangan bangsa lian Bu. Nah, Zahro pengin dados anggota kedubes RI ingkang jujur, adil, lan religius Bu.. Zahro nyuwun ridhonipun saking Ibu lan Bapak” jawab Zahro dengan mata yang berkaca-kaca mengharap izin orangtuanya. “Nek kue pancen tujuanmu dan impianmu ya monggo Ibu lan Bapak mung saged ndongaken. Tapi karepe Ibu sih mending fokus neng agamane nduk. Ya wislah, terserah asalan aja nganti kowe ngecewakna Ibu lan Bapak nduk!” sanggah lagi Ibu Zahro dengan raut antara sedia dan bersedia namun itu membuat senyum lebar Zahro yang sudah lama tenggelam seolah muncul lagi dengan wajah berseri. Meskipun tidak sedikit orang lain yang mengejek cita-citanya.
Zahro akhirnya memutuskan untuk mengabdi tiga tahun kedepannya bersama salah satu sekolah aliyah negeri di kota Yogyakarta. Untuk membekali ilmunya juga, ia mendaftarkan diri menjadi sebuah santri di salah satu pondok pesantren di DIY. Disanalah otak dan akhlak Zahro diasah. Perkembangan pesat terjadi pada dirinya, kecerian serta selera humor yang tinggi ia keluarkan disana. Dia menjadi orang yang sangat termotivasi oleh kisah sukses orang-orang hebat.
Beberapa lomba ia juarai, dia sangat mahir di bidang kimia tak heran setiap ada olimpiade gurunya mengikutsertakan si kembang perawan ini. Dia bahkan menjuarai OSN kimia hingga tingkat provinsi. Bukan cuma itu, lomba seminar, lomba debat politik, lomba pidato bahasa Inggris pernah juga ia ikuti dan tak jarang ia meraih medali. Begitu juga di pondok pesantren, Zahro kecil hadir lagi dengan semangat mengajinya yang berkibar yang akhirnya ia lulus alfiyah dalam waktu 3 tahun.
Namun kejadian tak terduga menimpa si remaja pengidola Habib Syech itu. Orangtuanya bangkrut, kacau balau. Zahro tak tahu harus bagaimana, sebentar lagi UAN tapi masalah besar muncul dalam hidup gadis remaja itu. Zahro menjadi orang yang sangat pesimis, bahkan ia tak mau lagi berkumpul dengan para relasinya dikelas, ia lebih memilih menyendiri. Itu terjadi selama beberapa bulan, sebelum UAN. Guru-gurunya yang mulai curiga dengan sikap Zahro yang tak wajar itu, mulai memotivasi Zahro untuk bangkit namun tak membuahkan hasil Zahro tak mempedulikannya. Hingga pada suatu malam, Zahro bermimpi tentang nasehat orangtuanya dulu, gadis remaja itu mulai berfikir dengan fikiran yang jernih. “Jika terus seperti ini, impianku sia-sia, semua akan hancur aku berhutang janji kepada Ibu dan Bapak semua akan lebih buruk! Ya aku tahu apa yang harus ku lakukan”.
Sejak saat itu semangat Zahro kembali membara. Tibalah kini UAN berlangsung, Zahro sudah tak khawatir lagi, semangatnya tumbuh, dia berpikir kalau dia tak akan down. Bapak Zahro, datang ke Yogyakarta untuk mengambil hasilnya. Dengan harapan yang besar, bapak Zahro membuka hasil UAN anak tunggalnya itu. “LULUS” itulah tulisan terbesar yang ada dilembar berharga itu. Ditambah lagi nilai yang sangat bagus, tentu saja mereka sangat bersyukur. “Anakku Zahro sayang, Alhamdulillah nduk kamu peringkat 1 paralel” teriak Bapak dengan tangis haru. Di tambah lagi bahwa Zahro akan dikuliahkan gratis hingga S2 disalah satu universitas ternama di Yogyakarta dijurusan HI. Sujud syukur tak lupa dilakukan oleh keduanya.
Ketekunan Zahro semakin menjadi-jadi. Ia sering diikut sertakan dalam pertukaran pelajar di Malaysia. Setiap tahunnya ia mendapat 30 juta, hidupnya berubah drastis ia mulai mempuanyai mitra kerja yang banyak dari berbagai mahasiswa dan perusahaan baik dalam maupun luar negeri.
Sampailah ia dipuncak kesuksesannya setelah 5 tahun menempuh masa kuliah, bertahun-tahun ia merasakan pahit manisnya hidup, jauh dari orang tua tercinta akhirnya sekarang ia bisa menjadi seorang magister. Karena ia mempunyai banyak relasi didunia perpolitikan ataupun dunia diplomatik, menjadikannya dia mudah terhubung dengan orang-orang penting yang bersangkutan. Zahro kemudian menjabat sebagai anggota Kedubes RI untuk Malaysia. Akhirnya  Sicantik bernama lengkap Zahro Nurul Asyiqin Charolin ini berhasil menjadi anggota kedubes RI untuk Malaysia yang termuda. Lagi-lagi berkat keuletannya ia bisa membuka restoran kuliner Indonesia di beberapa daerah di KL. Seluruh keluarga, sahabat, teman, saudara dan para tetangga cewek yang kini menjabat sebagai anggota kedubes RI ini ikut merasakan kebahagiaan yang mendalam. Sebelum ia mulai bertugas, dia pulang ke kampung halamannya dengan membawa sejuta cerita dan membahagiakannya. Orang-orang yang dahulu meremehkannya, memakinya, dan memperkirakan kegagalan Zahro sekarang hanya bisa tertegun. Mimpi Zahro kecil sudah menjadi kenyataan, tentu saja bukan instant melainkan dengan perjuangan yang keras, dengan ikhtiar, dan ketawakalan yang penuh kepada Allah SWT. Begitu banyak cobaan yang diterima Zahro, namun berkat kesabarannya, terwujudlah sudah.. Zahro Nurul Asyiqin Charolin, anak desa yang mampu meraih mimpinya di Malaysia.
Ketika Zahro selesai melamun dan membayangkan masa lalunya, seolah menceritakan masa lalunya kepada dirinya sendiri tiba-tiba handphonenya berdering keras. Ternyata itu adalah panggilan dari orang yang dulu disukai oleh Zahro ketika SMP yang sekarang baru saja lulus S2 di Al-Azhar Mesir. Semua kebahagiaan kini lengkaplah sudah dihidup seorang pekerja keras Zahro Nurul Asyiqin Charolin. Zahro akan tetap menjadi Zahro kecil yang ceria dan humoris. Berikhtiar, kerja keras, optimis,tekun dan tawakal adalah ramuan yang manjur untuk meraih kesuksesan seperti Zahro. Selamat Zahro..kau telah berhasil. Jangan lupakan janjimu, jujur..adil..dan religius.
Biodata pengarang :
Nama                      : Adesta Sheila Karolin
Kelas                       : Xb
TTL                         : Cilacap, 18 Desember 1997
Alamat rumah           : Jalan Kanthil rt.04 rw 12. Karangtengah Cilacap
Hobi                        : bersholawat
Cita-cita                   : Anggota Kedubes RI untuk Malaysia.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar